My Blog List

About Me

Search This Blog

Lebih Kucinta dari Dunia Seisinya

Senin, 18 Oktober 2010




رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dari Rasululloh Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Dua rekaat fajar lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).



Prolog

Aku tertakjub dengan nikmat berlimpah yang Allah berikan kepada nabi Sulaiman ‘Alaihis salam. Sangat berlimpah malah. Allah mengaruniakan kekuasaan kepada nabi Sulaiman berupa tunduknya jin, dan angin. Serta bisa memahami bahasa binatang. Belum lagi, mendapatkan warisan kekuasaan dari ayahnya, nabi Dawud ‘Alaihis salam.

Lebih dari itu, banyak pula kisah menakjubkan dari perjalanan hidup nabi Sulaiman ‘Alaihis salam. Di antaranya, apa yang dipaparkan oleh Imam al Qurthubi di dalam tafsirnya, “al Jami’ li Ahkami al Qur’an.” Beliau memaparkan kisah menarik, yang periwayatannya berasal dari Idris bin Wahab bin Munabbih, yang mendengar kisah ini langsung dari ayahnya, Wahab bin Munabbih.

Kisahnya,

“Dulu, nabi Sulaiman memiliki istana yang bertingkat seribu. Bangunan paling atas terbuat dari kaca, sedang paling bawah terbuat dari besi. Nah, pada suatu saat, nabi Sulaiman mengendari angin (baca; awan kinton –meminjam istilah sun go ku ^_^ ). Beliau berkeliling dengan angin yang membersamainya, dan kebetulan ia melewati seorang petani. Petani itu begitu tertakjub dan terperangah dengan apa yang dilihatnya. Membayangkan kenikmatan tak terhingga yang diberikan Allah kepada salah satu nabi-Nya, Sulaiman bin Dawud ‘alaihimas salam. Sudah dikaruniai istana yang bertingkat seribu, bisa berkeliling dunia dengan angin ke tempat mana saja yang ia suka.

Sungguh, petani tersebut betul-betul terpesona sampai-sampai ia berkata, “La qad utiya alu Dawuda mulkan azhima….sungguh, keluarga Dawud telah dikaruniai kekuasaan yang agung.”

Kata-kata wajar yang terlontar dari lisan seseorang yang tak berpunya, seorang petani, tentang kelebihan yang Allah berikan kepada nabi Sulaiman. Atau mungkin, itu juga yang terucap dari lisan kita.

Kemudian, kata-kata itu dibawa oleh angin hingga terdengar oleh nabi Sulaiman. Beliau pun turun untuk mendekati petani tersebut. Setelah sampai di atas tanah, beliau menghampiri petani dan berkata, “Inni sami’tu qaulaka wa innama masyaitu ilaika li alla tatamanna ma la taqdiru alaika….Aku sudah mendengar apa yang barusan kamu ucapkan. Aku sengaja mendatangimu untuk mengingatkan agar kamu tidak mengangankan apa yang tidak kamu mampui.”

Setelah berucap demikian, nabi Sulaiman memberikan pesan penting kepada petani tersebut, dan juga kepada kita tentunya, “La tasbihatun wahidatun yaqbaluhallahu minha la khairun min ma utiya alu Dawud….sungguh, satu kali tasbih yang diterima Allah itu lebih baik bagimu daripada apa yang dikaruniakan kepada keluarga Dawud.”

Karena, bagaimanapun juga, satu tasbih yang terucap dari lisan kita dan diterima Allah, itu lebih baik dari semuanya. Lebbih baik dari semua kerajaan nabi Sulaiman, hatta tertunduknya angin kepada beliau dan istana megah bertingkat seribu itu. Dan kita, umat Muhammad, memiliki amalan mulia yang jauh lebih baik dari dunia seisinya. Apa itu??



Shalat Sunah Fajar ….

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dari Rasululloh Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Dua rekaat fajar lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim).

Janji ini terucap dari lisan orang yang paling kita cinta, nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Syaikh Khalid Abu Syadzi menjelaskan, “Ini pahala dua rekaat shalat sunah fajar. Oleh karena ibadah wajib adalah amalan hamba yang paling disukai untuk mendekatkan diri kepada Allah, berarti pahalanya pun lebih besar dan keuntungannya lebih melimpah. Bila beliau bersabda, “ Lebih baik dari dunia dan seisinya.” Yakinilah bahwa sabda beliau ini benar. Beliau tidak berucap berlebih-lebihan dalam memberikan gambaran dan tidak berbicara berdasarkan keinginan belaka. Beliau terlepas dari tendensi apapun. Bagaimana tidak, sementara ucapan beliau tiada lain adalah wahyu dari Allah.”

Bila kita memang mencinta nabi Muhammad dan sunahnya, kita pasti selalu melaksanakannya, karena tidak ada amalan sunah yang sangat dijaga oleh nabi Muhammad sebagaimana beliau menjaga shalat sunah fajar shubuh ini. Karena dengan melaziminya, berarti secara tidak langsung, kita pasti menjaga shalat shubuh kita. Amalan yang paling sering dilalaikan orang munafik sampai-sampai Ibnu Mas’ud berkata, “Aku tidak melihat orang yang meninggalkan shalat shubuh berjama’ah kecuali ia adalah orang munafik.” Kemunafikan yang dulu sangat ditakuti oleh para shahabat semisal Aisyah, Ali bin Abi Thalib dan shahabat yang lainnya. Sedangkan kita? Pernahkah menghawatirkan sifat kemunafikan dari diri kita ketika kita -dengan sengaja, bahkan meremehkannya- meninggalkan shalat shubuh berjama’ah……? Ah, rasanya kita perlu menangisi diri kita. Kita memang perlu belajar menyesal dan menangis bila kehilangan shalat sunah fajar, dan tentunya juga shalat shubuh berjama’ah. Seperti sesal dan tangis Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu.




Tangis Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu…

Ketika mengenangkan perjuangan kaum muslimin dalam menaklukkan benteng Tustur, Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu menangis. Padahal pada saat itu kamu muslimin meraih kemenangan yang gilang gemilang sekalipun sebelumnya harus melalui pertempuran yang sangat melelahkan.

Tustur adalah salah satu permata terindah yang dimiliki Persia. Dibangun dengan sangat cerdas di atas sebuah dataran tinggi yang memiliki sungai besar bernama Dujail, berikut waduk yang dibangun oleh Raja Sabur. Tak hanya megah, Tustur juga dikelililingi benteng yang menurut ahli sejarah adalah benteng terkuat yang pernah ada. Benteng menjulang itu semakin sulit ditembus dengan adanya parit yang mengelililinginya dari ujung ke ujung serta dijaga prajurit-prajurit terkuat. Sekalipun demikian, dengan bantuan Allah, kaum muslimin bisa menaklukkan benteng Tustar walaupun setelah 11 bulan lebih.

Tetapi….,

Sekalipun meraih kemenangan telak, Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu terisak menangis mengenangnya. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu menceritakan kisahnya, “Aku menyaksikan penaklukan benteng Tustar ketika fajar menyingsing. Peperangan semakin sengit dan berkecamuk dengan dahsyatnya sehingga kami tidak mampu mendirikan shalat shubuh kecuali setelah matahari meninggi, lalu kami shalat bersama Abu Musa, kemudian Allah memberikan kemenangan kepada kami.”

Beliau melanjutkan dengan mata berkaca, “Ma yasurruni bi tilka ash Shalati ad dunya wa ma alaiha…dunia dan segala perhiasannya tidaklah membahagiakanku dengan luputnya shalat (shubuh) itu.”

Subhanallah, mulia nian hatimu Anas. Engkau menangisi shalat sunah fajar dan shalat shubuh pada waktunya, padahal Allah memberimu udzur karena sedang berjihad.

Sekarang, dimanakah generasi yang mengikuti jejakmu, duhai Anas Radhiyallahu ‘anka, kini? Yang menangis ketika kehilangan shalat sunah fajar dan shalat shubuh berjama’ah??.




Epilog

Satu hal yang ingin penulis sampaikan, mari kita jaga shalat sunah fajar dan shalat shubuh berjama’ah kita. Shalat yang kelak akan memberikan cahaya sempurna pada hari kiamat kelak. Dan cahaya sempurna itulah yang kelak kita nantikan. Sedangkan pada hari itu, kaum munafik sangat ketakutan karena tidak ada cahaya yang membersamai mereka kecuali hanya cahaya yang redup-redup sehingga mereka tidak bisa berjalan.

“Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu.” Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu di antara mereka diadakan dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (al Hadid : 13).



Demikian artikel sederhana yang penulis susun. Sederhana memang, namun penulis berharap banyak manfaat yang bisa kita dapatkan, dan Allah mencatatnya sebagai amal kebajikan. Semoga. Wallahul muwaffiq.





Reference :

Tafsir al Jami’ li Ahkami al Qur’an, al Qurthubi

150 Qishah Umar bin Khatthab, Ahmad Abdul ‘Al ath Thahthawi

Misteri shalat Shubuh, Raghib as Sirjani

Bertransaksi dengan Allah, Khalid Abu Syadzi

Majalah ar Risalah

Cara Membuat Website dgn SEO.

Kamis, 14 Oktober 2010

Cara membuat website dan pemasaran melalui internet bukan hal yang baru bagi banyak orang yang sudah lama berkecimpung di dunia maya, namun bagi mereka yang awam dan belum mengerti tentang masalah ini tentu akan terasa sulit, buta, gelap dan sama sekali tidak tahu harus memulai dari mana, bahkan tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

Untuk itu kami sampaikan tulisan ini untuk Anda yang ingin mengerti tentang dunia pemasaran melalui internet.

Kami mulai dengan apa yang kami ketahui, silahkan bagi yang lain dapat menambahkannya melalui komentar dibawah ini.

Membuat website:

1. Membuat website sederhana dengan konten yang statis.

Cara ini mengandalkan software desain web seperti microsoft word, front page, adobe golive, adobe dreamweaver (dulu macromedia dreamweaver), atau menggunakan software opensource yang gratis seperti open office atau kompozer yang bisa didownload dari http://kompozer.sourceforge.net.

Cara ini memang mudah semudah menulis artikel menggunakan microsoft word kemudian merekam kedalam format html.

Beberapa halaman dibuat terpisah dan dihubungkan dengan hyperlink, sehingga jika pengunjung meng-klik link tersebut maka halaman yang sesuai akan dibuka.

Selanjutnya setelah halaman-halaman HTML tersebut selesai dibuat, Anda dapat menguploadnya ke server internet.

Anda tidak harus memiliki server internet sendiri karena sangat banyak sekali jasa web hosting yang murah yang memiliki kemampuan yang baik, dengan harga mulai Rp 1000,- per bulan.

Gunakan google untuk mencari info web hosting tersebut, atau gunakan yang gratisan seperti www.000webhost.com

2. Memanfaatkan web Blog

Saat ini tersedia banyak sekali layanan web blog gratis yang memberikan banyak kemudahan, karena Anda cukup mengisi form untuk mengisi artikel/tulisan atau info produk kemudian klik save. Otomatis tulisan Anda akan terposting dihalaman website Anda.

Berikut contoh web blog gratis yang bisa Anda gunakan:
www.blogspot.com
www.multiply.com
www.blogdetik.com
www.wordpress.com
dll.

3. Menggunakan Program CMS

Bagi yang sudah merasakan kemudahan web blog seperti yang dijelaskan pada point 2 diatas, dimana Anda cukup mengisi form tanpa perlu mengerti HTML tentu dapat memahami manfaat program CMS.

web blog tersebut menggunakan program/aplikasi web yang memudahkan pengguna untuk mengisi/mengganti konten tanpa perlu mengerti HTML sama sekali.

Nah masalahnya sekarang adalah keterbatasan web blog, dimana umumnya hanya terbatas pada penulisan artikel dan forum diskusi saja serta Anda tidak bebas menentukan konten, lokasi konten, desain seperti harapan Anda.

Jika Anda ingin membuat toko online dan website perusahaan yang lebih fleksibel dan bonafid serta menggunakan nama domain Anda sendiri, maka Anda dapat menggunakan program CMS yang banyak tersedia, umumnya open source yang gratis digunakan.

Seperti misalnya:
Joomla (www.joomla.org)
Drupal (www.drupal.org)
Mambo (www.mamboserver.com)
Xoops (www.xoops.org)
Zen Cart (www.zencart.com) toko online
VirtueMart (virtuemart.net) modul toko online untuk Joomla dan Mambo
PrestaShop (www.prestashop.com), toko online
- dll…

Tentu Anda akan bertanya-tanya bagaimana cara menggunakan program cms tersebut?

Caranya:

1. Beli nama domain dan sewa web server/web hosting dengan kapasitas space harddisk minimum 10 mb atau gunakan web hosting gratis seperti www.000webhost.com.

Syarat yang harus dipenuhi oleh web hosting tersebut adalah tersedianya fasilitas database MySQL dan PHP, ini dua syarat penting dan mutlak.

2. Download program CMS yang Anda senangi, kemudian upload ke folder web hosting yang sudah Anda sewa menggunakan program FTP, kemudian extract dan buka alamat website Anda untuk menjalankan instalasi.

Sangat sulit bukan? ya pasti, cara ini terlalu sulit bagi kebanyakan orang yang tidak terbiasa dengan program FTP (program untuk mentransfer file melalui internet).

Solusinya:

Carilah webhosting yang memiliki fasilitas CPANEL dan FANTASTICO. web hosting seperti ini sangat banyak dan murah, dari yang gratis hingga yg bayar mulai Rp 5000,- per bulan.

Setelah Anda menyewa server web tersebut, Anda akan diberikan username dan password untuk mengakses CPANEL, yaitu halaman administrator.

Selanjutnya buka alamat website Anda, misalkan www.iniadalahwebsiteku.com/cpanel Anda akan diminta mengisi username dan password, selanjutnya akan tampil halaman CPanel, dengan berbagai icon yang meriah.

Carilah icon FANTASTICO biasanya dibagian bawah cpanel. Klik icon tersebut.

Setelah itu akan tampil daftar berbagai aplikasi CMS yang populer pada bagian kiri halaman fantastico.

Misalkan Anda ingin menginstall Joomla, maka klik Joomla kemudian klik install, selanjutnya Anda akan diminta mengisi nama Admin, email dan password Admin. Cukup beberapa klik maka web site Anda telah siap.

Mudah bukan?

Nah langkah selanjutnya adalah mendalami fungsi-fungsi dari masing-masing program CMS tersebut. Silahkan Anda membaca petunjuk yang disediakan oleh masing-masing CMS.

Logika sederhananya begini: Buka alamat website Anda, isi username dan password, setelah login, cari link ADMINISTRATOR, selanjutnya Anda akan menemukan menu component/module dan content/block.

Menu component/module adalah menu untuk mengatur modul-modul yang akan ditampilkan di website.

Sedangkan content/block adalah menu untuk mengatur tampilan depan website, seperti halaman depan koran, dimana disana terdapat berbagai cuplikan artikel dari halaman-halaman lainnya.

Jika component/module yang diinginkan tidak ada, maka Anda dapat mendownloadnya dari website CMS yang bersangkutan.

Demikian juga dengan desain/theme dari website, dapat Anda download dengan gratis (namun ada juga yg berbayar).

Pemasaran Melalui Internet:

1. Memanfaatkan Search Engine

Setelah website Anda jadi, Anda perlu sedikit mendalami cara agar website Anda memiliki rangking tertinggi di search engine seperti google, yahoo, dll. Istilah kerennya SEO, search engine optimization (optimalisasi mesin pencari).

Disini Anda harus pandai merancang kata-kata pada judul website, body text, keyword, dsb. agar jika ada orang yang mencari kata – kata tertentu melalui search engine website akan menampilan website Anda pada urutan teratas atau setidaknya tampil dihalaman depan.

Umumnya website Anda akan didata secara otomatis oleh google, yahoo dan yang lainnya dalam waktu 1 minggu.

Ada beberapa petunjuk agar website Anda didata dengan cepat oleh mesin pencari, bacalah artikel dari google ini:

http://www.google.com/support/webmasters/bin/answer.py?answer=34397

Untuk menguji apakah website Anda memiliki rating yang tinggi untuk pencarian kata-kata tertentu, gunakan tools ini:

http://www.widexl.com/remote/search-engines/metatag-analyzer.html

Anda dapat mendalami masalah SEO ini lebih dalam di:
www.perfect-optimization.com
www.site-reference.com

Untuk mengetahui keyword mana yang paling populer dan layak untuk dijadikan kata kunci:

adwords.google.com (daftar, login, klik menu tools > kemudian keyword tools)

2. Iklan Klik

Anda dapat memanfaatkan iklan yang dibayar per klik seperti dari: Google – adwords.google.com

Keuntungan iklan yang dibayar per klik ini adalah:
Anda hanya membayar jika iklan di klik orang.
Dapat menentukan budget perhari, sehingga jika jumlah tagihan melebihi budget, maka iklan tidak ditayangkan.
Dapat menentukan segmen pengunjung yang diinginkan.
Menentukan kata-kata pencarian tertentu saja, misalkan jika ada orang yang mencari kata ABC maka iklan Anda baru muncul.
Tarif per klik ditentukan dengan sistem lelang, sehingga Anda dapat memilih kata-kata yang memiliki nilai yang murah saja.

Kelemahannya:
Ada tangan-tangan jahil yang asal klik sehingga timbul tagihan yang tidak semestinya.
Ada yang sekedar iseng kepingin tahu dimana dia buka target pasar sebenarnya.
Tarif per klik menjadi mahal untuk kata-kata yang sangat populer.

3. Iklan Banner
Banyak website yang menyediakan space untuk pemasangan Banner (berupa gambar).

website yang sudah populer yang memiliki pengunjung banyak biasanya memiliki tarif yang mahal namun umumnya efektif.

Keuntungan:
Budget fix perbulan, tidak tergantung jumlah klik (tapi ada juga banner yg dibayar per-klik).
Ekspos iklan yang lebih tinggi, tergantung popularitas web dimana Anda memasang banner.

Kelemahan:
Sulit diatur segmentasinya.
Mahal.

4. Iklan Baris/Mini

Ini merupakan cara promosi/iklan yang paling populer, dimana Anda cukup mendaftar kemudian menulis artikel iklan yang diinginkan.

Keuntungan:
Gratis
Mudah
Cepat

Kelemahan:
Iklan turun ke bawah setiap kali ada yang posting iklan baru.
Hanya tampil jika pengunjung website tersebut memang lagi mencari produk yang sesuai dengan produk Anda saja.

website iklan mini/baris gratis:
www.iklanbaris.co.id
www.iklanmini.co.id
www.bekas.com
- dll Klik disini.

5. Komunitas, Forum dan Grup Diskusi

Cara pemasaran di dunia maya yang cukup populer adalah dengan ikut aktif di forum-forum dan grup diskusi. Dengan cara ini secara tidak langsung Anda dapat mengenalkan bisnis Anda kepada komunitas yang umumnya memiliki kesamaan dalam hal tertentu, apakah itu komunitas hobi, bisnis, sekolah, dsb.

Keuntungan:
romosi Anda lebih diterima karena Anda merupakan bagian dari komunitas yang cukup dikenal di sana.

Kelemahan:
Promosinya tidak blak-blak-an tapi terselubung sehingga hanya efisien jika anggota lain memang tertarik dengan tulisan/artikel Anda.
Tidak semua forum-grup diskusi mengizinkan beriklan secara terbuka.

6. Email

Cara promosi ini akan efektif jika produk Anda memang sesuai dengan kebutuhan penerima email, yaitu pas timingnya, jika tidak maka email Anda akan dianggap sebagi SPAM (email sampah).

Jadi pandai-pandailah:
Menyusun prospek beserta alamat emailnya.
Susun kata-kata yang pas, jangan samaratakan konsep tulisan.
Jangan sebut kata Anda, tapi sebutlah nama penerima di dalam email, agar lebih personal.
Buat text subject yang menarik.
Kosa kata yang baik dan sopan, ringan dan tidak terlalu banyak, langsung ke inti permasalahan dan terangkan keunggulan Anda.
Jangan kirim ke banyak tujuan sekaligus, (alamat pengiriman jangan disatukan untuk banyak alamat email), satu email untuk satu alamat email. Karena banyak program anti spam yang akan memasukan email Anda ke kategori spam dan langsung membuangnya ke tempat sampah, atau yang lebih parah, penerima email akan melaporkan Anda sebagai spammer yang akhirnya webhosting Anda akan menutup alamat website Anda.
Tambahkan penjelasan, “jika Anda tidak berkenan menerima email seperti ini, mohon kirim email kosong ke alamat email kami… “
Manfaatkan aplikasi bulk email, yang dapat mengirim email ke banyak alamat sekaligus dengan isi email sama. Seperti misalnya GroupMail dimana memiliki versi gratis, namun dibatasi untuk pengiriman 100 email sekaligus. Silahkan download dari: http://www.group-mail.com/asp/common/groupmail.asp

source : www.pengusahamuslim.com

shalat tarawih, 23 rakaat.

Bismillahir rohmanir rohim

Rasulullah saw bersabda,”Tiga orang yang shalatnya tidak diterima adalah budak yang melarikan diri, wanita yang meninggal ketika suaminya marah kepadanya, dan orang yang memimpin shalat sementara yang mengikutinya tidak menyukainya.”

Ketika saya berkunjung kesuatu tempat, saya mempersilahkan seseorang untuk memimpin shalat, namun saya melihat banyak orang tidak suka kepadanya, dan mereka lebih suka kalau saya yang menjadi Imam, dengan alasan inilah saya memimpin shalat tarawih dan saya melakukannya dengan cepat.

Mereka banyak yang melakukan shalat tarawih hanya 8 rakaat. Apakah 20 rakaat terlalu banyak untuk Allah SWT ? Bahkan 20.000 rakaatpun terlalu sedikit untuk Allah swt. Mereka yang melakukan shalat taraweh 8 rakaat mengatakan kepada dirinya sendiri,” Cukup, ini sudah terlalu banyak.” Mereka sudah kelelahan, tetapi mereka masih sanggup menghabiskan waktu didepan TV berjam-jam tanpa kelelahan. Mereka menghabiskan waktu 23 jam untuk ego mereka dan hanya 1 jam mereka habiskan waktu untuk beribadah, bila dijumlahkan seluruh waktu sholat mereka baik siang ataupun malam.

Alasan terakhir mereka yang melakukan shalat 8 rakaat adalah rasa malas. Dan kiasan bagi kaum munafiqun dalam Al-Quran yang suci berbunyi,” Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka bangun dengan malas” (4:142). “Malas dan Enggan” (9:54). Sayyidina Ubaydullah RA mengatakan ,” Siapapun yang merasa lelah dan berhenti, dia bukan salah satu dari kita,”. Kita disini adalah berarti para Pencari (Al Salikun). Ketika mereka merasa lelah , itulah tanda kemalasan. Namun demikian kita melanjutkan jalan menuju Tuhan kita. Seorang hamba harus selalu berada dalam perjalanan menuju Tuhannya LA BUDD MIN AL-SULUK.

Betapa beraninya mereka meninggalkan ijma/konsesus umat yang telah bertahan selama 15 abad mengenai shalat tarawih 20 rakaat, dan sunnah Rasulullah saw mengatakan,”Kalian harus mengikuti sunnahku, dan sunnahku dari kalifah2 yang terbimbing dengan benar setelahku.”. Apakah hadist ini shahih atau tidak?? ( mereka menjawab Shahih). Tetapi ketika mereka melihat orang melakukan shalat 20 rakaat atau menghabiskan waktu lebih banyak dalam beribadah, mereka mengatakan Bid’ah, tetapi mereka tak punya keberatan terhadap waktu menonton TV, bagi mereka ini bukan suatu bid’ah.

Sebuah hadist menyatakan ,” Siapa yang meniru seseorang, dia adalah salah satu dari mereka.”Mereka tidak berhak mengatakan hal itu, ketika Rasulullah saw memerintahkan kita untuk tinggal bersama massa terbesar, Sawad al A’zam. Dan Sawad al A’zam melalukan shalat 20 rakaat sejak 15 abad yang lalu. Berani sekali mereka menentangnya. Bi Hurmatil Habib, bihurmtil Fatiha

Riwayat Salat taraweh 20 Rakaat, Bukan 8 Rakaat :

Telah diriwayatkan dari Sayyidah A’isyah ra. bahwa Nabi Muhammad saw keluar sesudah tengah malam pada bulan Ramadlan dan beliau melakukan shalat di masjid, maka para shahabat melakukan shalat dengan shalat beliau. Lalu pada pagi harinya para shahabat tersebut memperbincangkan shalat mereka dengan Rasulullah saw, sehingga pada malam kedua orang bertambah banyak. Kemudian Nabi saw. melakukan shalat dan orang-orang melakukan shalat dengan shalat beliau.

Pada malam ketiga tatkala orang-orang bertambah banyak sehingga masjid tidak mampu menapung para jama’ah, Rasulullah saw. tidak keluar pada para jama’ah sehingga beliau keluar untuk melakukan shalat shubuh. Dan setelah beliau shalat shubuh, beliau menghadap kepada para jama’ah dan bersabda: “Sesungguhnya tidaklah dikhawatirkan atas kepentingan kalian tadi malam; akan tetapi aku takut apabila shalat malam itu diwajibkan atas kamu sekalian, sehingga kalian tidak mampu melaksanakannya !”.

Kemudian Rasulullah saw. wafat dan keadaan berjalan demikian pada zaman kekhalifahan Abu Bakar dan permulaan kekhalifahan Umar bin Khattab ra. Kemudian Khalifah Umar bin Khattab ra. mengumpulkan orang-orang laki-laki untuk berjama’ah shalat tarawih dengan diimami oleh Ubai bin Ka’ab dan orang-orang perempuan berjama’ah dengan diimami oleh Usman bin Khatsamah. Oleh karena itu Khalifah Usman bin Affan berkata pada masa pemerintahan beliau: “Semoga Allah menerangi kubur Umar sebagaimana Umar telah menerangi masjid-masjid kita”. Yang dikehendaki oleh hadits ini adalah bahwa Nabi saw. keluar dalam dua malam saja.

Menurut pendapat yang masyhur adalah bahwa Rasulullah saw. keluar pada para shahabat untuk melakukan shalat tarawih bersama mereka tiga malam, yaitu tanggal 23, 25 dan 27, dan beliau tidak keluar pada mereka pada malam 29. Sesungguhnya Rasulullah saw tidak tiga malam berturut-turut adalah karena kasihan kepada para shahabat. Dan beliau shalat bersama para shahabat delapan raka’at; tetapi beliau menyempurnakan shalat 20 raka’at di rumah beliau dan para shahabat menyempurnakan shalat di rumah mereka 20 raka’at, dengan bukti bahwa dari mereka itu didengar suara seperti suara lebah. Sesungguhnya Nabi saw. tidak menyempurnakan bersama para shahabat 20 raka’at di masjid adalah karena kasihan kepada mereka.

Dari hadits ini menjadi jelas, bahwa jumlah shalat tarawih yang mereka lakukan itu tidak terbatas hanya delapan raka’at, dengan bukti bahwa mereka menyempurnakannya di rumah-rumah mereka. Sedang pekerjaan Khalifah Umar ra. telah menjelaskan bahwa jumlah raka’atnya adalah duapuluh, pada sa’at Umar ra. mengumpulkan orang-orang di masjid dan para shahabat menyetujuinya serta tidak didapati seorangpun dari orang-orang sesudah beliau dari para Khulafa’ur Rasyidun yang berbeda dengan Umar. Dan mereka terus menerus melakukan shalat tarawih dengan berjama’ah 20 raka’at.

Dalam hal ini Nabi Muhammad saw. telah bersabda:“Wajib atas kamu sekalian mengikuti sunnahku dan sunnah dari Al- Khulafa’ur Rasyidun yang telah mendapat petunjuk; dan gigitlah sunnah-sunnah tersebut dengan gigi geraham (berpegang teguhlah kamu sekalian pada sunnah-sunnah tersebut).” HR Abu Dawud

Nabi Muhammad saw. juga pernah bersabda sebagai berikut:“Ikutlah kamu sekalian dengan kedua orang ini sesudah aku mangkat, yaitu Abu Bakar dan Umar.” HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah.

Telah diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab telah memerintahkan Ubai dan Tamim Ad Daari melakukan shalat tarawih bersama orang-orang sebanyak 20 raka’at. Dan Imam Al Baihaqi telah meriwayatkan dengan isnad yang shahih, bahwa mereka melakukan shalat tarawih pada masa pemerintahan Umar bin Khattab 20 raka’at, dan menurut satu riwayat 23 raka’at. Dan pada masa pemerintahan Usman bin Affan juga seperti itu, sehingga menjadi ijma’. Dalam satu riwayat, Ali bin Abi Talib ra. mengimami orang-orang dengan 20 raka’at dan shalat witir dengan tiga raka’at.

Imam Abu Hanifah telah ditanya tentang apa yang telah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra., maka beliau berkata:”Shalat tarawih itu adalah sunnat mu’akkadah. Dan Umar ra. tidaklah menentukan bilangan 20 raka’at tersebut dari kehendaknya sendiri. Dalam hal ini beliau bukanlah orang yang berbuat bid’ah. Dan beliau tidak memerintahkan shalat 20 raka’at, kecuali berasal dari sumber pokoknya yaitu dari Rasulullah saw.”

Khalifah Umar bin Khattab ra. telah membuat sunnah dalam hal shalat tarawih ini dan telah mengumpulkan orang-orang dengan diimami oleh Ubai bin Ka’ab, sehinggaUbai bin Ka’ab melakukan shalat tarawih dengan berjama’ah, sedangkan para shahabat mengikutinya. Di antara para shahabat yang mengikuti pada waktu itu terdapat: Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, ‘Abbas dan puteranya, Thalhah, Az Zubair, Mu’adz, Ubai dan para shahabat Muhajirin dan shahabat Ansor lainnya ra. Dan pada waktu itu tidak ada seorangpun dari para shahabat yang menolak atau menentangnya, bahkan mereka membantu dan menyetujuinya serta memerintahkan hal tersebut.

Dalam hal ini Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:
“Para shahabatku adalah bagaikan bintang-bintang di langit. Dengan yang mana saja dari mereka kamu sekalian mengikuti, maka kamu sekalian akan mendapatkan petunjuk.”

(tausyiah275)

shalat tarawih 11 rakaat

Dari hadits-hadits dan riwayat yang ada dapat disimpulkan bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam mengerjakan shalat malam dan witir lengkap berbagai cara:

Pertama.
Shalat 13 rakaat dan dimulai dengan 2 rakaat yang ringan.
Berkenaan dengan ini ada beberapa riwayat:
a. Hadits Zaid bin Khalid al-Juhani bahwasanya berkata: “Aku perhatikan shalat malam Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam. Yaitu (ia) shalat dua rakaat yang ringan kemudian ia shalat dua rakaat yang panjang sekali. Kemudian shalat dua rakaat, dan dua rakaat ini tidak sepanjang dua rakaat sebelumnya, kemudian shalat dua rakaat (tidak sepanjang dua rakaat sebelumnya), kemudian shalat dua rakaat (tidak sepanjang dua rakaat sebelumnya), kemudian shalat dua rakaat (tidak sepanjang dua rakaat sebelumnya), kemudian witir satu rakaat, yang demikian adalah tiga belas rakaat.” (Diriwayatkan oleh Malik, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud dan Ibnu Nashr)

b. Hadits Ibnu Abbas, ia berkata: “Saya pernah bermalam di kediaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam suatu malam, waktu itu beliau di rumah Maimunah radliyallahu anha. Beliau bangun dan waktu itu telah habis dua pertiga atau setengah malam, kemudian beliau pergi ke tempat yang ada padanya air, aku ikut berwudlu bersamanya, kemudian beliau berdiri dan aku berdiri di sebelah kirinya maka beliau pindahkan aku ke sebelah kanannya. Kemudian meletakkan tangannya di atas kepalaku seakan-akan beliau memegang telingaku, seakan-akan membangunkanku, kemudian beliau shalat dua rakaat yang ringan. Beliau membaca Ummul Qur’an pada kedua rakaat itu, kemudian beliau memberi salam kemudian beliau shalat hingga sebelas rakaat dengan witir, kemudian tidur. Bilal datang dan berkata: Shalat Ya Rasulullah! Maka beliau bangun dan shalat dua rakaat, kemudian shalat mengimami orang-orang. (HR. Abu Dawud dan Abu `Awanah dalam kitab Shahihnya. Dan asalnya di Shahihain)

Ibnul Qayim juga menyebutkan hadits ini di Zadul Ma`ad 1:121 tetapi Ibnu Abbas tidak menyebut bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memulai shalatnya dengan dua rakaat yang ringan sebagaimana yang disebutkan Aisyah.

c. Hadits Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam apabila bangun malam, memulai shalatnya dengan dua rakaat yang ringan, kemudian shalat delapan kemudian berwitir. Pada lafadh lain: Adalah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam shalat Isya, kemudian menambah dengan dua rakaat, aku telah siapkan siwak dan air wudhunya dan berwudlu kemudian shalat dua rakaat, kemudian bangkit dan shalat delapan rakaat, beliau menyamakan bacaan antara rakaat-rakaat itu, kemudian berwitir pada rakaat yang ke sembilan. Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam sudah berusia lanjut dan gemuk, beliau jadikan yang delapan rakaat itu menjadi enam rakaat kemudian ia berwitir pada rakaat yang ketujuh, kemudian beliau shalat dua rakaat dengan duduk, beliau membaca pada dua rakaat itu “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Idza zulzilat.”

Penjelasan.
Dikeluarkan oleh Thahawi 1/156 dengan dua sanad yang shahih. Bagian pertama dari lafadh yang pertama juga dikeluarkan oleh Muslim 11/184; Abu Awanah 1/304, semuanya diriwayatkan melalui jalan Hasan Al-Bashri dengan mu`an`an, tetapi Nasai meriwayatkannya (1:250) dan juga Ahmad V:168 dengan tahdits. Lafadh kedua ini menurut Thahawi jelas menunjukan bahwa jumlah rakaatnya 13, ini menunjukan bahwa perkataannya di lafadh yang pertama: “kemudian ia berwitir” maksudnya tiga rakaat. Memahami seperti ini gunanya agar tidak timbul perbedaan jumlah rakaat antara riwayat Ibnu Abbas dan Aisyah.

Kalau kita perhatikan lafadh kedua, maka di sana Aisyah menyebutkan dua rakaat yang ringan setelah shalat Isya’nya, tetapi tidak menyebutkan adanya shalat ba’diyah Isya. Ini mendukung kesimpulan penulis pada uraian terdahulu bahwa dua rakaat yang ringan itu adalah sunnah ba`diyah Isya.

Kedua
Shalat 13 rakaat, yaitu 8 rakaat (memberi salam setiap dua rakaat) ditambah lima rakaat witir, yang tidak duduk kecuali pada rakaat terakhir (kelima).

Tentang ini ada riwayat dari Aisyah sebagai berikut: Adalah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tidur, ketika bangun beliau bersiwak kemudian berwudhu, kemudian shalat delapan rakat, duduk setiap dua rakaat dan memberi salam, kemudian berwitir dengan lima rakaat, tidak duduk kecuali ada rakaat kelima, dan tidak memberi salam kecuali pada rakaat yang kelima. Maka ketika muadzin beradzan, beliau bangkit dan shalat dua rakaat yang ringan.

Penjelasan :
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad II:123, 130, sanadnya shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim. Dikeluarkan juga oleh Muslim II:166; Abu Awanah II:325, Abu Daud 1:210; Tirmidzi II:321 dan beliau mengesahkannya. Juga oleh Ad-Daarimi 1:371, Ibnu Nashr pada halaman 120-121; Baihaqi III:27; Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla III:42-43.

Semua mereka ini meriwayatkan dengan singkat, tidak disebut padanya tentang memberi salam pada tiap dua rakaat, sedangkan Syafi’i 1:1/109, At-Thayalisi 1:120 dan Hakim 1:305 hanya meriwayatkan tentang witir lima rakaat saja.

Hadits ini juga mempunyai syahid dari Ibnu Abbas, diriwayatkan oleh Abu Dawud 1:214 daan Baihaqi III:29, sanad keduanya shahih. Kalau kita lihat sepintas lalu, seakan-akan riwayat Ahmad ini bertentangan dengan riwayat Aisyah yang membatas bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tidak pernah mengerjakan lebih dari sebelas rakaat, sebab pada riwayat ini jumlah yang dikerjakan Nabi shallallahu `alaihi wa sallam adalah 13 rakaat ditambah 2 rakaat qabliyah Shubuh. Tetapi sebenarnya kedua riwayat ini tidak bertentangan dan dapat dijama’ seperti pad uraian yang lalu. Kesimpulannya dari 13 rakaat itu, masuk di dalamnya 2 rakaat Iftitah atau 2 rakaat ba’diyah Isya.

Ketiga.
Shalat 11 rakaat, dengan salam setiap dua rakaat dan berwitir 1 rakaat.

Dasarnya hadits Aisyah berikut ini: “Adalah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam shalat pada waktu antara selesai shalat Isya, biasa juga orang menamakan shalat `atamah hingga waktu fajar, sebanyak 11 rakaat, beliau memberi salam setiap dua rakaat dan berwitir satu rakaat, beliau berhenti pada waktu sujudnya selama seseorang membaca 50 ayat sebelum mengangkat kepalanya”.

Penjelasan:
Diriwayatkan oleh Muslim II:155 dan Abu Awanah II:326; Abu Dawud I:209; Thahawi I:167; Ahmad II:215, 248. Abu Awanah dan Muslim juga meriwayatkan dari hadits Ibnu Umar, sedangkan Abu Awanah juga dari Ibnu Abbas.

Mendukung riwayat ini adalah Ibnu Umar juga: Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tentang shalat malam, maka sabdanya: Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Kalau seseorang daripada kamu khawatir masuk waktu Shubuh, cukup dia shalat satu rakaat guna menggajilkan jumlah rakaat yang ia telah kerjakan.

Riwayat Malik I:144, Abu Awanah II:330-331, Bukhari II:382,385, MuslimII:172. Ia menambahkan (Abu Awanah): “Maka Ibnu Umar ditanya: Apa yang dimaksud dua rakaat – dua rakaat itu? Ia menjawab: Bahwasanya memberi salam di tiap dua rakaat.”

Keempat.
Shalat 11 rakaat yaitu sholat 4 rakaat dengan 1 salam, empat rakaat salam lagi, kemudian tiga rakaat.

Haditsnya adalah riwayat Bukhari Muslim sebagaimana disebutkan terdahulu. Menurut dhahir haditsnya, beliau duduk di tiap-tiap dua rakaat tetapi tidak memberi salam, demikianlah penafsiran Imam Nawawi. Yang seperti ini telah diriwayatkan dalam beberapa hadits dari Aisyah bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tidak memberi salam antara dua rakaat dan witir, namun riwayat-riwayat itu lemah, demikianlah yang disebutkan oleh Al-Hafidh Ibnu Nashr, Baihaqi dan Nawawi.

**update, 3 September 2008***
Hadits yg menyatakan Rasululloh SAW shalat tarawih 4 raka’at dg 1 salam adalah sebagai berikut:
“Nabi Saw. salat tidak lebih dari sebelas rakaat, baik dalam bulan Ramadhan maupun lainnya: Beliau salat empat rakaat –jangan tanya tentang bagus dan lamanya– kemudian empat rakaat lagi—jangan tanya pula tentang bagus dan lamanya–, kemudian tiga rakaat…” (HR. Muslim)
**update, 3 September 2008***

Kelima
Shalat 11 rakaat dengan perincian 8 rakaat yang beliau tidak duduk kecuali pada rakaat kedelapan tersebut, maka beliau bertasyahud dan bershalawat atas Nabi, kemudian bangkit dan tidak memberi salam, selanjutnya beliau witir satu rakaat, kemudian memberi salam (maka genap 9 raka’at). Kemudian Nabi sholat 2 raka’at sambil duduk.

Dasarnya adalah hadits Aisyah radliallahu `anha, diriwayatkan oleh Sa’ad bin Hisyam bin Amir. Bahwasanya ia mendatangi Ibnu Abbas dan menanyakan kepadanya tentang witir Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam maka Ibnu Abbas berkata: Maukah aku tunjukan kepada kamu orang yang paling mengetahui dari seluruh penduduk bumi tentang witirnya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam: Ia bertanya siapa dia? Ia berkata: Aisyah radlillahu anha, maka datangilah ia dan Tanya kepadanya: Maka aku pergi kepadnya, ia berkata: Aku bertanya; Hai Ummul mukminin khabarkan kepadaku tentang witir Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, Ia menjawab: Kami biasa menyiapkan siwak dan air wudlunya, maka ia bersiwak dan berwudlu dan shalat sembilan rakaat tidak duduk padanya kecuali pada rakaat yang kedelapan, maka ia mengingat Allah dan memuji-Nya dan bershalawat kepada nabi-Nya dan berdoa, kemudian bangkit dan tidak memberi salam, kemudian berdiri dan shalat (rakaat) yang kesembilan, kemudian beliau duduk dan mengingat Allah dan memujinya (at tahiyat) dan bershalawat atas nabi-Nya shallallahu `alaihi wa sallam dan berdoa, kemudian memberi salam dengan salam yang diperdengarkan kepada kami, kemudian shalat dua rakat setelah beliau memberi salam, dan beliau dalam keadaan duduk, maka yang demikian jumlahnya sebelas. Wahai anakku, maka ketika Nabi shallallahu `alaihi wa sallam menjadi gemuk, beliau berwitir tujuh rakaat, beliau mengerjakan di dua rakaat sebagaimana yang beliau kerjakan (dengan duduk). Yang demikian jumlahnya sembilan rakaat wahai anakku.

Penjelasan
Diriwayatkan oleh Muslim II:169-170, Abu Awanah II:321-325, Abu Dawud I:210-211, Nasai I/244-250, Ibnu Nashr halaman 49, Baihaqi III:30 dan Ahmad VI:53,54,168.

Keenam.
Shalat 9 rakaat, dari jumlah ini, 6 rakaat beliau kerjakan tanpa duduk (tasyahud) kecuali pada rakaat yang keenam tersebut, beliau bertasyahud dan bershalawat atas Nabi shallallahu `alaihi wa sallam kemudian beliau bangkit dan tidak memberi salam sedangkan beliau dalam keadaan duduk.

Yang menjadi dasar adalah hadits Aisyah radiyallahu anha seperti telah disebutkan pada cara yang kelima.

Itulah cara-cara shalat malam dan witir yng pernah dikerjakan Rasulullah, cara yang lain dari itu bisa juga ditambahkan yang penting tidak melebihi sebelas rakaat. Adapun kurang dari jumlah itu tidak dianggap menyalahi karena yang demikian memang dibolehkan, bahkan berwitir satu rakaatpun juga boleh sebagaimana sabdanya yang lalu: “….Maka barang siapa ingin maka ia boleh berwitir 5 rakaat, dan barangsiapa ingin ia boleh berwitir 3 rakaat, dan barangsiapa ingin ia boleh berwitir dengan satu rakaat.”

Hadits di atas merupakan nash boleh ia berwitir dengan salah satu dari rakaat-rakaat tersebut, hanya saja seperti yang dinyatakan hadits Aisyah bahwasaya beliau tidk berwitir kurang dari 7 rakaat.

Tentang witir yang lima rakaat dan tiga rakaat dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Dengan sekali duduk dan sekali salam
b. Duduk at tahiyat setiap dua rakaat
c. Memberi salam setiap dua rakaat

Al-Hafidh Muhammad bin Nashr al-Maruzi dalam kitab Qiyamul Lail halaman 119 mengatakan: Cara yang kami pilih untuk mengerjakan shalat malam, baik Ramadlan atau lainnya adalah dengan memberi salam setiap dua rakaat. Kalau seorang ingin mengerjakan tiga rakaat, maka di rakaat pertama hendaknya membaca surah “Sabbihisma Rabbikal A’la” dan pada rakaat kedua membaca surah “Al-Kafirun”, dan bertasyahud dirakaat kedua kemudian memberi salam. Selanjutya bangkit lagi dan shalat satu rakaat, pada rakaat ini dibaca Al-Fatihah dan Al-Ikhlash, Mu`awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas), setelah itu beliau (Muhammad bin Nashr) menyebutkan cara-cara yang telah diuraikan terdahulu.

Semua cara-cara tersebut boleh dilakukan, hanya saja kami pilih cara yang disebutkan di atas karen didasarkan pada jawaban Nabi shallallahu `alaihi wa sallam ketika beliau ditanya tentang shalat malam, maka beliau menjawab: bahwa shalat malam itu dua rakaat dua rakaat, jadi kami memilih cara seperti yang beliau pilih.

Adapun tentang witir yang tiga rakaat, tidak kami dapatkan keterangan yang pasti dan terperinci dari Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bahwasanya beliau tidak memberi salam kecuali pada rakat yang ketiga, seperti yang disebutkan tentang Witir lima rakaat, tujuh dan sembilan rakaat. Yang kami dapati adalah bahwa beliau berwitir tiga rakaat dengan tidak disebutkan tentang salam sedangkan tidak disebutkan itu tidak dapat diartikan bahwa beliau tidak mengerjakan, bahkan mungkin beliau melakukannya.

Yang jelas tentang pelaksanaan yang tiga rakaat ini mengandung beberapa ihtimaalat (kemungkinan), diantaranya kemungkinan beliau justru memberi salam, karena demikialah yang kami tafsirkan dari shalat beliau yang sepuluh rakaat, meskipun di sana tidak diceritakan tentang adanya salam setiap dua rakaat, tapi berdasar keumuman sabdanya bahwa asal shalat malam atau siang itu adalah dua rakaat, dua rakaat.

Sedangkan hadits Ubay bin Ka’ab yang sering dijadikan dasar tidak adanya salam kecuali pada rakaat yang ketiga (laa yusallimu illa fii akhirihinna), ternyata tambahan ini tidak dapat dipakai, karena Abdul Aziz bin Khalid bersendiri dengan tambahan tersebut, sedangkan Abdul Aziz ini, tidak dianggap tsiqah oleh ulama Hadits. Dalam at-Taqrib dinyatakan bahwa dia maqbul apabila ada mutaba’ah (hadits lain yang mengiringi), kalau tidak ia termasuk Layyinul Hadits. Di samping itu tambahan riwayatnya menyalahi riwayat dari Sa’id bin Abi Urubah yang tanpa tambahan tersebut. Ibnu Nashr, Nasai dan Daruqutni juga meriwayatkan tanpa tambahan. Dengan ini, jelas bahwa tambahan tersebut adalah munkar dan tidak dapat dijadikan hujjah.

Tapi walaupun demikian diriwayatkan bahwa shahabat-shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam mengerjakan witir tiga rakaat dengan tanpa memberi salam kecuali pada rakaat yang terakhir dan ittiba’ kepada mereka ini lebih baik baik daripada mengerjakan yang tidak dicontohkan. Dari sisi lain perlu juga diketengahkan bahwa terdapat banyak riwayat baik dari Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, para shahabat ataupun tabi’in yang menunjukan tidak disukainya shalat witir tiga rakaat, diantaranya: “Janganlah engkau mengerjakan witir tiga rakaat yang menyerupai Maghrib, tetapi hendaklah engkau berwitir lima rakaat.” (HR. Al-Baihaqi, At Thohawi dan Daruquthny dan selain keduanya, lihat Sholatut Tarawih hal 99-110).

Hadits ini tidak dapat dipakai karena mempunyai kelemahan pada sanadnya, tapi Thahawi meriwayatkan hadits ini melalui jalan lain dengan sanad yang shahih. Adapun maksudnya adalah melarang witir tiga rakaat apabila menyerupai Maghrib yaitu dengan dua tasyahud, namun kalau witir tiga rakaat dengan tidak pakai tasyahud awwal, maka yang demikian tidak dapat dikatakan menyerupai. Pendapat ini juga dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari II:385 dan dianggap baik oleh Shan’aani dalam Subulus Salam II:8.

Kesimpulan dari yang kami uraikan di atas bahwa semua cara witir yang disebutkan di atas adalah baik, hanya perlu dinyatakan bahwa witir tiga rakaat dengan dua kali tasyahhud, tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bahkan yang demikian tidak luput dari kesalahan, oleh karenanya kami memilih untuk tidak duduk di rakaat genap (kedua), kalau duduk berarti memberi salam, dan cara ini adalah yang lebih utama. (tausyiah275)

Putus Cinta = Putus Harapan?

Ketika Putri mendadak memutuskan cintanya, Irfan berubah jadi pemurung.
Dan ketika gadis pujaannya itu menikah diam-diam di Surabaya ,
Irfan betul-betul frustrasi. Dia tak mau makan-minum, sehingga akhirnya
terkena tifus. Betapa ironis, ketika mantan kekasihnya tengah menikmati
bulan madu di Bali , dia justru terbaring di rumah sakit. Lalu, apakah
yang dapat dilakukan seorang ayah untuk menghibur anak lelakinya yang
patah hati? Untuk membangkitkan kembali semangat juangnya yang hampir mati?
Irfan adalah anak yang cemerlang. Sejak kecil dia selalu jadi bintang
kelas. Namun, anak itu pendiam dan perasa. ”Kamu betul-betul menuruni
darah Ayah. Selalu serius, mendalam, dan penuh ketulusan kalau mencintai
perempuan. Sehingga, kalau putus cinta betul-betulterpuruk . Padahal,
seperti kata peribahasa, dunia ini tidak sedaun kelor. Di dunia ini
begitu banyak wanita, Nak,” ujarku saat berbicara dari hati ke hati
sepulangnya ia dari rumah sakit. ”Tapi tidak ada yang secantik dan
sebaik Putri, Yah. Dia yang dulunya tak pakai kerudung, kini mulai
belajar pakai kerudung. Tapi kenapa ketika keislamannya semakin
sempurna, kok dia tega meninggalkan saya dan menikah dengan manajer
perusahaan elektronik itu?”

”Sudahlah, Nak. Sesuatu yang lepas dari tangan kita memang selalu
kelihatan indah. Begitu pula kalau kita kehilangan perempuan yang kita
cintai. Mata kita tertutup bahwa di sekeliling kita masih banyak
perempuan lain yang mungkin lebih baik dari dia.”

”Aku baru sekali ini jatuh cinta, Yah. Selama SMU dan kuliah, waktuku
lebih banyak aku habiskan untuk belajar, dan organisasi ilmiah di kampus.”

”Ayah paham, Nak. Ayah mau buka rahasia. Sewaktu SMU dulu Ayah
mengalami nasib yang mirip kamu. Cinta tak kesampaian, padahal Ayah
dan Rini, nama perempuan itu, sama-sama saling mencintai.
Bertahun-tahun Ayah nyaris frustrasi dan tak pernah mampu menghilangkan
bayang wajahnya. Sampai kemudian, lima tahun setelah itu, Tuhan
mempertemukan Ayah dengan ibumu. Dia wanita tercantik di Cianjur ketika
itu. Baru lulus SMU. Banyak sekali pemuda yang mengincar ibumu.
Entahlah, kenapa dia mau menikah dengan Ayah yang ketika itu masih
berstatus mahasiswa dan belum punya pekerjaan, kecuali menjadi penulis
free lance di koran. Kami menikah hanya dua minggu sejak pertama kali
bertemu.” Irfan termenung. Mungkin ia merenungkan kalimat demi kalimat
yang tadi aku ucapkan.

”Nak, laki-laki itu ibarat buah kelapa. Makin tua, makin bersantan.
Biarpun jelek, botak dan gendut, kalau punya kedudukan, berharta, dan
terkenal, maka gadis-gadis muda antri untuk mendapatkannya. Untuk
sekadar jadi teman kencan maupun istri sungguhan.”

”Benarkah?’ ‘

”Ya. Dengan modal hanya sebagai wartawan senior dan novelis top saja,
Ayahmu ini seringkali digilai oleh perempuan-perempuan muda. Mereka
berusaha mencuri perhatian Ayah dengan berbagai cara. Kalau Ayah tidak
kuat iman, Ayah mungkin sering kencan dengan banyak perempuan. Kalau
Ayah kurang sabar, Ayah mungkin beristri dua, tiga, atau bahkan empat.”

”Apa yang membuat Ayah bertahan?”

”Ibumu. Dia perempuan yang hebat. Kesabaran, ketulusan, kehangatan dan
kasih
sayangnya luar biasa. Hal itu telah ditunjukkannya saat Ayah masih belum
punya apa-apa, belum diperhitungkan orang, bahkan dilirik sebelah mata
pun tidak. Kami menikah dalam keadaan miskin. Bahkan cincin kawin untuk
ibumu baru Ayah belikan lima tahun setelah pernikahan.
Tahun-tahun pertama pernikahan, kami sering makan hanya nasi dan garam
saja. Namun tak pernah sekalipun Ayah mendengar ibumu mengeluh atau
menunjukkan air muka masam. Sebaliknya, Beliau selalu berusaha
membesarkan hati Ayah. Bahwa Ayah punya potensi. Bahwa Ayah suatu hari
nanti akan jadi orang hebat di bidang sastra maupun jurnalistik.
Dua puluh delapan tahun perkawinan dengan ibumu sungguh merupakan
perjalanan hidup yang amat berarti bagi Ayah. Itulah yang membuat Ayah
tak pernah mau berpaling kepada perempuan lain. Rasanya sungguh tak
adil, setelah menjadi orang yang terkenal dan punya uang, Ayah lalu
mencari perempuan lain untuk membagi cinta ataupun sekadar
bersenang-senang. ”

”Ayah beruntung mendapatkan perempuan sebaik ibu. Tapi aku?
Satu-satunya perempuan yang aku cintai kini telah pergi.”

”Jangan menyerah dulu, Nak. Cuti doktermu ‘kan masih tiga hari lagi.
Bagaimana kalau besok Ayah ajak kau jalan-jalan keliling Jakarta? Kita
santai dan cari makan yang enak. Siapa tahu kamu bisa melupakan Putri-mu dan
mendapatkan pengganti yang lebih baik.” Irfan tidak langsung menjawab.
”Ayolah, Nak. Ayah yang akan jadi sopirmu. Kau tinggal duduk di jok
depan. Oke?”

Lama baru Irfan mengangguk. ”Baiklah, Ibu ikut?”

”Tidak. Ini urusan laki-laki, Nak,” sahutku seraya tertawa.
Hari pertama aku mengajak Irfan berkeliling Mal Pondok Indah. Mal yang
terletak di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan itu selalu ramai
dikunjungi orang-orang berduit. Hanya dalam hitungan jam kita bisa
menyaksikan puluhan bahkan ratusan perempuan muda, cantik dan seksi,
keluar masuk mal. Umumnya mereka mengenakan pakaian yang menonjolkan
lekuk-lekuk fisiknya, seperti dada, udel, pantat, paha, ketiak dan
punggungnya.

Seusai Maghrib aku mengajak Irfan nonton film di Kartika Chandra 21 yang
terletak kawasan Segi Tiga Emas Jakarta, tepatnya Jalan Gatot Subroto.
Di sini banyak sekali pasangan yang datang menonton. Umumnya
perempuan-perempuan nya mengenakan gaun malam yang seksi dan terbuka.
Banyak juga yang memakai rok mini ataupun celana blue jean ketat di
bawah pinggang sehingga sering kali memperlihatkan celana dalam
pemakainya.

Hari kedua aku mengajak Irfan pergi ke kantor sebuah bank syariah.
”Ayah mau setor tabungan dulu sekaligus mau buka rekening khusus zakat.
Mau ikut masuk?” Irfan mulanya enggan. ”Ayolah.” Akhirnya ia mau juga
ikut. Kami menemui salah seorang customer service officer. Laili
namanya. ”Assalaamu’ alaikum, Pak Irwan. Ada yang bisa saya bantu?”
suaranya bening dan terkesan manja, namun tidak dibuat-buat. Balutan
jilbab coklat itu tak mampu menyembunyikan posturnya yang semampai dan
wajah selembut kabut. ”Wa’alaikumsalaam, Mbak Laili. Saya ingin membuka
rekening khusus untuk zakat. Oh, ya, kenalkan ini anak sulung saya.
Irfan. Irfan, ini Mbak Laili.” ”Assalaamu’ alaikum, Mas Irfan.”
”Wa’alaikumsalaam, Mbak Laili.” ”Irfan kerja di gedung ini juga, Mbak
Laili. Lantai 12.” ”Oh, ya?” Laili agak terkejut. ”Kalian pasti
enggak pernah bertemu ‘kan? Inilah penyakit zaman modern, orang-orang
berkantor di satu gedung tapi bisa bertahun-tahun tak pernah berjumpa,”
kataku sambil tertawa.

Bibir tipis Laili mengukir segurat senyum. ”Soalnya Mas Irfan enggak
pernah buka tabungan di bank syariah. Duitnya disimpan di bank
konvensional semua ya?” Laili punya selera humor yang bagus. Kulihat
Irfan tersenyum kecil. ”Insya Allah saya akan buka rekening di bank
syariah, Mbak.”

Keluar dari bank syariah itu, aku mengajak Irfan menghadiri pameran buku
Islam di Istora Senayan Jakarta. Pameran yang menampilkan puluhan
penerbit Islam itu setiap hari dihadiri oleh puluhan ribu orang. Berbeda
dengan pemandangan di Mal Pondok Indah dan KC-21, di sini kebanyakan
perempuan muda yang datang mengenakan jilbab. Wajah mereka kelihatan
bersih dan matanya lebih suka menunduk ketimbang jelalatan mencari
perhatian lelaki.

Seusai menonton pameran buku, aku mengajak Irfan mampir di Hotel Gran
Melia, yang terletak di Jl HR Rasuna Said. Kami memesan es lemon tea dan
pisang goreng keju. ”Oke. Mari kita bahas perjalanan dua hari kita.
Kamu masih ingat perempuan-perempuan muda di Mal Pondok Indah dan KC-21
kemarin?” Dia cuma mengangguk. ”Wanita-wanita seperti itu menyenangkan
untuk dilihat dan dibawa ke pesta-pesta, tapi belum tentu membuatmu
bahagia. Sebaliknya perempuan-perempuan muda berjilbab yang kita
saksikan di pameran buku Islam dan bank syariah tadi, mereka lebih
mungkin membuatmu menjadi seorang lelaki yang dihargai dan meraih
kebahagiaan sejati. Ayah yakin, di antara mereka itu pasti ada perempuan
impian.”

”Seperti apakah perempuan impian itu, Yah?” Aku menyeruput es lemon
tea yang tinggal separoh. Kemudian mencomot sepotong pisang goreng keju.
Irfan menunggu dengan tidak sabar. ”Seperti apa, Yah?”

”Kalau kamu bertemu dengan seorang perempuan yang berpadu pada dirinya
kehangatan seorang Siti Khadijah, serta kemanjaan dan kecerdasan seorang
Siti Aisyah dua di antara istri-istri Rasulullah itulah perempuan
impian.” ”Seandainya aku menjumpai perempuan yang seperti itu, apa
yang harus aku lakukan?” ”Jangan tunggu esok atau lusa. Telepon Ayah
saat itu juga. Ayah akan segera melamarkannya untukmu, dan kau harus
menikah dengannya paling lambat seminggu setelah itu. Jika kamu
mendapatkan perempuan seperti itu dalam hidupmu, dunia ini kecil dan
nyaris tak berarti. Rasul pernah berkata, bahwa seorang perempuan yang
salehah lebih berharga dari dunia ini beserta isinya.”

Seminggu kemudian. Aku tengah menulis sebuah ficer tentang pengoperasian
bus way di Jakarta ketika HP-ku berdering. Dari Irfan: ”Ayah, aku sudah
dapatkan calon istri. Seorang wanita salehah yang bisa membuatku hidup
bahagia.” Suaranya terdengar bersemangat. ”Oh, ya, siapa namanya?”
”Nantilah Ayah akan aku kenalkan.” Berselang lima menit kemudian,
Yanti, staf humas bank syariah menelepon. ”Assalaamu’ alaikum, Pak
Irwan. Tadi Irfan buka rekening di bank syariah. Dia mengobrol cukup
lama dengan salah seorang customer service officer kami. Bapak pasti
tahu yang saya maksudkan.” Aku menutup Nokia 9210i itu. Lalu memandang
ke luar jendela kantor. ”Alhamdulillah. Akhirnya kau temukan perempuan
impianmu, Nak.”

Shalat Tarawih, 23 vs 11 ?

Memasuki bulan seribu bulan yang senantiasa dinanti oleh setiap kaum muslim mesjid pun mendadak penuh di awal dimulainya ibadah shaum, memang fenomena seperti itu yang berkembang di masyarakat kita pada umumnya. Minggu pertama, mesjid masih penuh oleh jamaah, minggu kedua mulai berkurang, dan begitu seterusnya di minggu minggu berikutnya. Namun disini kita bukan membahas tentang kebiasaan seperti itu, yang ingin kami bahas adalah tentang tata cara dan etika shalat tarawih berdasarkan ajaran rasulullah. Berdasarkan pengalaman yang saya rasakan sendiri, hampir setiap daerah berbeda beda dalam melaksanakan shalat tarawih, waktu saya masih duduk di bangku sekolah, saya ikut shalat yang 11 rakaat terdiri dari 4 rakaat pertama, 4 rakaat kedua, dan 3 witir setelah sebelumnya ada khutbah dari imam. Ketika saya pulang ke kampung halaman (maklum sekolah nya bukan dideket rumah) saya ikut shalat tarawih yang 11 rakaat, terdiri dari 2 rakaat x 4 lalu diteruskan dengan 3 witir tanpa khutbah. lain halnya ketika saya menginjak bangku kuliah, disana saya ikut shalat tarawih yang 23 rakaat terdiri dari 4 rakaat x 5 lalu ditutup dengan witir 3 rakaat tanpa khutbah, dari situ muncul pemikiran ingin mengetahui asal muasal dalil dari dua kebiasaan dalam menjalankan shalat tarawih tersebut. Akhirnya saya menemukan artikel yang menyertakan beberapa dalil tentang kaidah shalat tarawih nya, tanpa bermaksud memprovokasi atau mendiskreditkan siapa siapa, silahkan disimak. Menurut saya kita hanya wajib untuk menjalankan sunnah rasulullah saw dengan niatan khusyu mengharapkan “mardhaatillah”.

Kisah nyata "Buta ketika Tawaf"

Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji.

Segala perlengkapan sudah disiapkan. Singkatnya ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. “Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah”.

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, “Ummi undzur ila Ka’bah (Bu, lihatlah Ka’bah).” Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.

Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.

Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya. Beberapa menit yang lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya. Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitullah, mengharap rahmatNYA. Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.

Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugrah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak. Anak yang saleh itu berniat akan kmebali membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.

Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan di dekat Ka’bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak bisa melihat Ka’bah.

Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya.

Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap. Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.

Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah. Padahal, setiap berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya.

Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karena kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa kesulitan berarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud.

Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang saleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu dari hasan mau menelponnya. anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut. Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun mau menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya.

“Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalah sepele,” kata ulama itu pada Sarah.

Sarah terdiam sejenak. Kemudian ia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat kabar dari Sarah. Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon. “Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit,” cerita Sarah akhirnya. “Oh, bagus…..Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia,” potong ulama itu. “Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,” ungkapnya terus terang. Ulama itu terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.

“Disana….” sambung Sarah, “Saya sering kali menukar bayi, karena tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.”

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah.
“Astagfirullah……” betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.

Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting.

Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dala perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.

“Cuma itu yang saya lakukan,” ucap Sarah.
“Cuma itu ? tanya ulama terperangah. “Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah Anda hancurkan !”. ucap ulama dengan nada tinggi.

“Lalu apa lagi yang Anda kerjakan ?” tanya ulama itu lagi sedikit kesal.
“Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati.”
“Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,” kata ulama.

“Ya, tapi saya memandikan orang mati karena ada kerja sama dengan tukang sihir.”
“Maksudnya ?”. tanya ulama tidak mengerti.

“Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.”

“Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya coba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan.”

Mendengar penuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah.

“Cuma itu yang kamu lakukan ? Masya Allah….!!! Saya tidak bisa bantu anda. Saya angkat tangan”.

Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu.

Akhirnya ulama itu berkata, “Anda harus memohon ampun kepada Allah, karena hanya Dialah yang bisa mengampuni dosa Anda.”

Bumi menolaknya. Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar kabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mencari tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah t elah bertobat atas segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya. Karena tak juga memperoleh kabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di mesir. Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan kabar Sarah, ternyata kabar duka yang diterima ulama itu.

“Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon ustad,” ujar Hasan.

Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut.

“Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?”. tanya ulama itu.

Hasanpun akhirnya bercerita : Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas ijin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yang menyadari bahwa tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayit.

Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian karena pekerjaan mereka tak juga usai. Siangpun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang.

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri.

Dengan ijin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir. Lelaki itu tidak tampak wajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya,” Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!”. kata orang itu.

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudian mengebumikan ibunya.

“Aku minta supaya kau jangan menengok ke belekang, sampai tiba di rumahmu, “pesan lelaki itu.

Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kenazah ibunya.

Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan langka h seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu.

Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman karena terbakar. Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu.

Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan ijin Allah akan hilang. Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulama itu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitaman hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.

Orang-orang pilihan {Al-Musthafun} setelah rasulullah

Selasa, 12 Oktober 2010


Orang-Orang Pilihan (Al-Musthafun) Setelah Rasulullah saw.

Kata ishthafa (memilih) berikut turunan katanya, dengan pengertian legitimasi Allah SWT kepada orang-orang pilihan dari dan atau bagi makhluk-Nya, disebut 12 kali dalam Al-Quran. Sesuai dengan jumlah pilihan Allah SWT sepeninggal Rasulullah saw. untuk menyelenggarakan pemerintahan di kalangan umatnya dan mewarisi Al-Kitab. Allah berfirman:
 
Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu AI­Kitab itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya AIIah benar-benar mengetahui lagi Maka melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-kamba Kami; lalu di antara mereka (hamba-hamba, bukan di antara orang-orang pilihan) ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.... (Fathir:31-32).
 
Maka yang dimaksud dengan "sabiqu" (yang lebih dulu berbuat baik) adalah Imam yang dipilih dan diwarisi Kitab oleh Allah SWT; "muqtashid" adalah orang yang konsisten dengan kebijaksanaan Imam; sedangkan "dhalimu linafsihi" adalah orang yang keluar dari jalur Imam. Dalam pengertian seperti itulah, kata ishthafa berikut turunan katanya tercantum dalam ayat-ayat berikut:
  1. ..... Sesungguhnya Allah telah memilih (isthafa) agama ini bagimu ..... (AI-Baqarah: 132)
  2. Sesungguhnya Allah telah memilih (isthafa) Adam, Nuh, keluarga Ibrahim. ..... (Ali Imran: 33).
  3. Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambanya yang dipilih-Nya (isfhafa) ... (AI-Naml: 59).
  4. Kalau sekiranya Allah hendak memilih (isthafal) anak, tentu Dia akan memilih apa yang Dia kehendaki ...... (Al­-Zumar: 59).
  5. "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu (isthafaki), mensucikan kamu ..... (Ali Imran: 42)
  6. ..... dan melebihkan kamu (wasthafaki) atas segala wanita di dunia ( yang semasa dengan kamu). (Ali Imran: 42).
  7. ..... Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya (isthafahu) (menjadi rajamu) dan menganugerahinya ilmu yang luas serta tubuh yang perhasa . . . (Al-Baqarah: 247).
  8. ..... sesungguhnya Aku mernilih (melebihkan) kamu (ishtha­faituka) dari manusio yang lain untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku ..... (Al-A'raf: 144)
  9. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih (isthafaina) di antara hamba-hamba Kami ..... (Fathir: 32).
  10. ..... dan sesungguhnya Kami telah memilihnya (isthafainahu) di dunia (AI-Baqarah: 139).
  11. Allah memilih (yasthafa) utusan-utusan-Nya dari Malaikat dan dari manusia. (Al-Haj: 75).
  12. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan (Al-musthafin) yang paling baik (Shad: 47).

Para penghuni surga


Para Penghuni Surga  

Ungkapan ashab al-jannah (para penghuni surga) dalam Al­Quran disebut sebanyak 12 kali. Yang dimaksud dengan surga ialah yang ditetapkan Allah bagi orang-orang yang benar, bukan surga dunia sebagaimana dimaksudkan dalam firman Allah SWT: "Sesungguhnya Kami uji mereka sebagaimana Kami uji penghuni­-penghuni surga …..." Surga yang dimaksudkan oleh ayat ini adalah surga dunia. Ada pun pada ayat selain ini, surga yang dimaksud adalah surga yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba­Nya yang saleh. Kata ashab al-jannah yang disebut 12 kali, sama dengan banyaknya Khalifah sepeninggal Rasulullah saw., sebagai­mana disebutkan di dalam ayat-ayat berikut ini:
  1. .........Dan orang-orang beriman serta beramal saleh, mereka itu para penghuni surga (ashab al -jannah). (Al-Baqarah: 82)
  2. .........Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kemampuannya, mereka itulah para peng­huni surga (ashab al-jannah). (Al-A'raf: 42).
  3. 3. Dan para penghuni surga (ashab al-jannah) berseru ......... (AI­A'raf: 44)
  4. ......... Dan mereka menyeru penghuni surga (ashab al-jannah): "Limpahkanlah kepada kami sedikit air ......... (Al-A'raf: 50)
  5. .........Dan mereka tidak ditutup: debu hitam, tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah para penghuni surga (ashab al-jannah). (Yunus: 26).
  6. ...... Dan merendahkan diri kepada Tukan mereka, mereka itu adalah para penghuni surga (ashab al-jannah) (Hud: 23).
  7. Sesungguhnya para penghuni surga (ashab al-jannah) pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (Yunus: 55).
  8. Para penghuni surga (ashab al-jannah) pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (AI-Furqan: 24)
  9. ...... dan Kami ampuni kesalakan-kesalahan mereka, bersama para penghuni surga (ashab aljannah) ...... (Al-Ahqaf: 16)
  10. Tiada sama penghuni neraka dengan penghuni surga (ashab al­jannah). (Al-Hasyr: 20)
  11. ...... para penghuni surga (ashab al-jannah) itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20)
  12. ...... Dan para penghuni surga (ashab al-jannah) berseru: "Salamun'alaikum" ...... (Al-A'raf: 46)
     

Ungkapa "orang-orang yang beruntung" (hum Al-muflihuun)


Ungkapan "orang-orang yang beruntung"
(hum al-muflihuun)

Di dalam Al-Quran, ungkapan hum al-muflihuun disebutkan sebanyak duabelas kali, yakni pada ayat-ayat:
  1. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung (humul mufli­huun). (AI-Baqarah: 5)
  2. .....menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulak orang-orang yang beruntung (humul muflihuun). (Ali Imran: 104)
  3. ….. maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (humul muflihuun). (AI-A'raaf: 8)
  4. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cakaya yang terang yang diturunkan kepadanya (AI-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung (humul muflihuun). (Al-A'raf: 157)
  5. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (humul muflihuun) . (At-Taubah: 88)
  6. Barang.riapa yang berat timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (humul muflihuun). (Al-Mu'minuun: 102)
  7. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (humul muflihuun). (An-Nuur: 51)
  8. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (humul muflihuun). (Ar-Ruum: 38)
  9. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang ber­untung (humul muflihuun). (Luqman: 5)
  10. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguh­nya golongan Allah itulah golongan yang beruntung (humul muflihuun). (Al-Mujadilah: 22)
  11. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itu­lah orang-orang yang beruntung (humul muflihuun). (Al­-Hasya: 9)
  12. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (humul mufli­huun). (At-Taghaabun: 16)

Orang-orang yang bersaksi _Al-Asyhad

Orang-Orang Yang Bersaksi (AI-Asyhad )

Kata syahadah (bangkit bersaksi) berkaitan secara khusus dengan para syuhada Allah SWT, selain para Nabi, dan mereka adalah orang-orang yang bersaksi di hadapan Allah atas para hamba-Nya di hari kiamat dan hari tegaknya kesaksian. Maksud kata syuhada bukanlah orang yang terbunuh di jalan Allah SWT. Kata syahadah, berikut turunan katanya telah disebutkan dalam ayat-ayat berikut:
  1. ..... dan para saksi (asyhad) akan berkata: "Orang-orang inilah yang berdusta terhadap Tuhan mereka ..... " (Hud: 18).
  2. Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang­orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (al-asyhad)." (Ghafur: 51).
  3. Maka bagaimanakah halnya (orang kafir nanti) jika Kami mendatangkan seorang saksi (syahid) dari tiap-tiap umat. (An-Nisa: 41).
  4. ..... dan pada hari ketika Kami membangkitkan seorang saksi (syahid) dari tiap-tiap umat. (Al-Nahl: 84).
  5. Dan demikian (pula)   Kami telah menjadikan kamu (umat lslam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi­saksi (syuhada) perbuatan manusia ... (Al-Baqarah: 143).
  6. ..... dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dajadikan-Nya (gugur) sebagai syuhada ..... (Ali Imran: 140).
  7. ..... maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid (syuhada) dan orang-orang saleh. (An-Nisa: 69).
  8. ..... disebabkan mereka diperintahkan untuk menjaga kitab­kitab Allah dan mereka menjadi saksi (syahida) terhadap nya ..... (Al-Maidah: 44).
  9. ….. supaya Rasul menjadi saksi atas diri kamu dan supaya kamu semua menjadi saksi (syahida) atas segenap manusia ….. (AI-Haj: 78).
  10. Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan ) orang-orang yang mempunyai bukti yang nyata (Al-Quran) dari Tuhan­nya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (syahid) (Muham­mad) dari Allah .….. (Hud: 17).
  11. ….. dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi (syuhada) dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. (Al-Zumar: 69).
  12. ….. dan orang-orang yang menjadi saksi (syuhada) di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka ….. (AI-Hadid: 19).
     

Text